Jumat, 09 Maret 2012

PERJUANGAN HIDUP



                Di suatu desa yang terletak di desa sumber sari kecamatan Kendal,  Jawa Tengah terdapat keluarga yang sederhana, yang terdiri orang tua dan empat orang anaknya. Mereka hidup kekurangan karena faktor ekonomi yang rendah. Pekerjaan orang tuanya hanyalah sebagai seorang petani yang bekerja di sawah orang lain. Orang tua mereka bekerja hingga sore sehingga jarang mengurus anak-anaknya, sehingga anaknya yang besarlah yang mengurus adik-adiknya setiap hari. Walaupun orang tuanya bekerja siang malam itu semua tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, orang tuanya tetap berjuang untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya.
                Suatu hari, karena orang tuanya pergi bekerja, dan tidak ada yang menjaga adiknya, maka Andi mengajak adiknya yang paling kecil ke sekolah dan menyembunyikannya di kolong meja. Sedangkan adiknya yang nomor dua di biarkan main sendiri karena sudah agak besar.
Suatu pagi, andi sedang memasak nasi untuk adik-adiknya karena orang tuanya pergi bekerja.  Itu merupakan tanggung jawabnya sebagai anak yang paling besar di keluarga tersebut. Dialah yang bertanggung jawab menjaga adik-adiknya saat orang tuanya pergi bekerja.
                Suatu pagi orang tuanya meminta izin kepada anaknya untuk berangkat bekerja
                “nak, ibu sama bapak berangkat kerja dulu ya,,,?”
                “ia buk,,,” kata anak-anaknya berbarengan.
                “Andi, jaga adik-adikmu ya,,? Nanti  masak nasi, itu berasnya ada di atas meja.”
                “ia buk,,, nanti Andi akan memasaknya.”
                Orang tuanya pergi bekerja dan Andi membersihkan rumahnya. Setelah selesai menyelesaikan tugasnya, dia pergi untuk memasak, dan kemudian berangkat ke sekolah.
                Sebelum mengajak adiknya ke sekolah, dia mengajak adiknya untuk sarapan terlebih dahulu. Saat sarapan adiknya di beri bagian yang lebih banyak dari pada bagiannya. Dia hanya mangambil kerak nasinya saja karena memang nasinya hanya sedikit.
                Setelah selesai sarapan, mereka berangkat ke sekolah.
                “dik, ayo berangkat sekolah” ajak andi kepada adiknya.
                “ia ayo kak,,,”
                Mereka berangkat dengan berjalan kaki dan menempuh jarak sekitar 2 Km dari rumahnya.  Andi berangkat dengan menggendoknya adiknya bila adiknya capek berjalan.
                Itu di lakukannya hingga dia lulus sekolah SD. Dan kemudian, dia ikut orang tuanya bekerja. Dia belum mampu untuk bekerja di sawah sehingga, dia membantu orang tuanya dengan berjualan cendol dan menjualnya keliling desa. Walaupun dia masih kecil, dia sudah bisa membuat cendol sendiri. Suatu hari, ibunya kaget saat pulang dari sawah karena kemudian Andi memberinya uang.
                “Buk,,, ini ada uang dari penjualan cendol tadi siang buk,,,”
                “ya Allah Andi,,, dari mana kamu dapat uang?”
                “Andi jualan cendol buk,,,”
                “sungguh kamu ini anak yang baik,,,” ibunya berkata sambil menangis.
                Sejak itu, orang tuanya menjadi bangga kepada Andi. Andi selalu berjualan cendol sambil menjaga adik-adiknya. sehigga, adiknya sangat menyayanginya.
                Setelah dewasa, karena Andi adalah anak yang terampil, karena menurut dia pendapatan dari penjualan cendol tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga dan membiayai adiknya untuk sekolah, diapun bekerja di tempat penjual tempe. Dia bekerja hampir 3 bulan, dan kemudian keluar dan mencoba membuat tempe sendiri dengan modal seadanya.
                Ternyata hasilnya jauh  lebih baik dari pada jualan cendol, ketika pagi dia bekerja di sawah, dan sorenya menjual tempe keliling desa karena tempenya telah di buatnya malam. Sehinga dia meneruskan usahanya untuk menjual tempe hingga hampir 1 tahun, Dan untung dari penjualan itu dia tabung dan di berikan kepada orang tuanya.
                “pak,,, ini ada uang dari hasil saya menabung selama ini, gunakanlah untuk membeli sawah, mungkin masih kurang sedikit dan itu mungkin bapak bisa menambahnya.
                “terima kasih ya andi,,, kamu sangat berjuang demi keluarga ini.”
                Sejak itu, kelurga Andi memiliki sawah sendiri dan keadaan keluarganya telah membaik. Karena Andi telah dewasa, dan adiknya sudah besar dan bisa membantu orang tuanya, dia meminta izin kepada orang tuanya untuk menikah.
                Setelah di izinkan untuk menikah, dia pergi merantau ke Sumatera bersama istrinya untuk trans. Saat itu, yang mengadakan trans itu adalah saat kepemimpinan pak Soeharto. Saat pertama trans, keadaannya sangat menyedihkan karena masih berupa hutan tebangan yang masih banyak kayu besarnya dan rumah-rumah kecil yang di berikan untuk orang trans. Untung banyak orang yang pergi trans sehingga tidak terlalu takut.
                Karena jauh dari desa lain dan masih baru, mereka hanya mengandalkan menerima jatah, dan itu terjadi  hampir selama setahun. Setelah waktu jatah habis, mereka mulai mencari sumber makanan sendiri.
                Andi bekerja sebagai seorang luku(pembajak sawah) untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Setelah beberapa tahun, dia di minta untuk mengajar di sekolah karena kurang tenaga pengajar. Setelah lama mengajar, dia menerima kabar tentang penerimaan pegawai Negeri, dan dia di suruh ikut oleh kepala sekolah untuk ikut tes tersebut. Diapun menurut dan ikut tes Pegawai Negeri tersebut.
                “pak Andi, ikutlah tes PNS tersebut, siapa tahu bapak di terima.”
                “tapi pak, sayakan hanya lulus SD, apa mungkin saya boleh ikut tes PNS tersebut?”
                “di coba sajalah pak,,, siapa tahu bapak beruntung.”
                “baiklah pak, saya akan mencobanya.”
                Sesampainya di rumah dia mengatakannya kepada istrinya dan ternyata istrinya menyetujuinya sehingga menguatkan semangat Andi untuk ikut tes PNS tersebut. Dia bolak balik ke Taluk untuk melengkapi persyaratan tersebut. Itu semua pengorbanannya demi mencapai cita-citanya dan atas semangat yang di berikan oleh istri dan orang terdekatnya
Setelah di tunggu agak lama, akirnya hasil tes PNS tersebut keluar dan menerima kabar bahwa dia di terima sebagai PNS bersamaan dengan lahirnya anaknya yang pertama.
                Andi sangat bersyukur atas rahmat yang di berikan Allah kepadanya. Setelah itu, dia membuat tempat ngaji di rumahnya  untuk anak-anak kecil karena melihat anak-anak kecil yang kegiatannya setiap sore hanya bermain-main sampai lupa waktu.
                Sejak saat itu kehidupannya mulai membaik dan dia jadi di segani oleh masyarakat dan di senang masyarakat. Bahkan setelah anaknya besar, dia dapat menguliahkan anknya.
                Saya dapat mengambil suatu pelajaran dari cerita ini, bahwasanya dalam kita hidup kita tidak boleh pernah putus asa dan selalu berjuang untuk mencapai kehidupan yang di harapkan serta pintar dalam mengatur waktu.  
               

               
          KASUARI DAN DARA MAHKOTA.
Dahulu kala burung kasuari tidak seperti yang kita kenal saat ini. Dia memiliki sayap yang lebar dan kuat sehingga ia bisa mencari makan di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa dengan mudah mencari makan di atas tanah. Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung yang sombong. Dia sering berbuat curang saat berebut makanan dan tidak peduli jika teman-temannya yang lain kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia gunakan untuk menyembunyikan buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga burung-burung lainnya tidak bisa melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-buahan ranum itu ke tanah sehingga Cuma ia sendiri yang bisa menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah sendiri kenapa mereka punya sayap yang pendek dan badan yang kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”
Tentu saja kesombongannya tidak disukai burung-burung lainnya. Mereka menganggap Kasuari sudah keterlaluan dan keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul untuk membahas masalah ini. Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata sulit menemukan lawan yang sebanding dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk bertanding terbang dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.
Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya.
“Pertandingannya akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”
“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”
Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu. Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk meyaksikan pertandingan terbang tersebut. Meski tidak terlalu yakin, mereka semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan tersebut. Diam-diam Dara Mahkota menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya. Kasuari yang baru mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?” katanya sambil tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa menang melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah Kasuari sementara Dara Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.
Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK! Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota pura-pura menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya bunyi tadi berasal dari ranting kering di bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran Dara Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan sekuat tenaga dia menekuk sayap Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit kesakitan. Sayap Kasuari yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan menang.
Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.

Tidak ada komentar: