Di suatu desa yang terletak di desa sumber sari kecamatan Kendal, Jawa
Tengah terdapat keluarga yang sederhana, yang terdiri orang tua dan empat orang
anaknya. Mereka hidup kekurangan karena faktor ekonomi yang rendah. Pekerjaan
orang tuanya hanyalah sebagai seorang petani yang bekerja di sawah orang lain.
Orang tua mereka bekerja hingga sore sehingga jarang mengurus anak-anaknya,
sehingga anaknya yang besarlah yang mengurus adik-adiknya setiap hari. Walaupun
orang tuanya bekerja siang malam itu semua tidak dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya. Namun, orang tuanya tetap berjuang untuk dapat menyekolahkan
anak-anaknya.
Suatu hari, karena orang tuanya pergi bekerja, dan tidak ada yang menjaga
adiknya, maka Andi mengajak adiknya yang paling kecil ke sekolah dan
menyembunyikannya di kolong meja. Sedangkan adiknya yang nomor dua di biarkan
main sendiri karena sudah agak besar.
Suatu pagi,
andi sedang memasak nasi untuk adik-adiknya karena orang tuanya pergi bekerja.
Itu merupakan tanggung jawabnya sebagai anak yang paling besar di
keluarga tersebut. Dialah yang bertanggung jawab menjaga adik-adiknya saat
orang tuanya pergi bekerja.
Suatu pagi orang tuanya meminta izin kepada anaknya untuk berangkat bekerja
“nak, ibu sama bapak berangkat kerja dulu ya,,,?”
“ia buk,,,” kata anak-anaknya berbarengan.
“Andi, jaga adik-adikmu ya,,? Nanti masak nasi, itu berasnya ada di atas
meja.”
“ia buk,,, nanti Andi akan memasaknya.”
Orang tuanya pergi bekerja dan Andi membersihkan rumahnya. Setelah selesai
menyelesaikan tugasnya, dia pergi untuk memasak, dan kemudian berangkat ke
sekolah.
Sebelum mengajak adiknya ke sekolah, dia mengajak adiknya untuk sarapan
terlebih dahulu. Saat sarapan adiknya di beri bagian yang lebih banyak dari
pada bagiannya. Dia hanya mangambil kerak nasinya saja karena memang nasinya
hanya sedikit.
Setelah selesai sarapan, mereka berangkat ke sekolah.
“dik, ayo berangkat sekolah” ajak andi kepada adiknya.
“ia ayo kak,,,”
Mereka berangkat dengan berjalan kaki dan menempuh jarak sekitar 2 Km dari
rumahnya. Andi berangkat dengan menggendoknya adiknya bila adiknya capek
berjalan.
Itu di lakukannya hingga dia lulus sekolah SD. Dan kemudian, dia ikut orang
tuanya bekerja. Dia belum mampu untuk bekerja di sawah sehingga, dia membantu
orang tuanya dengan berjualan cendol dan menjualnya keliling desa. Walaupun dia
masih kecil, dia sudah bisa membuat cendol sendiri. Suatu hari, ibunya kaget
saat pulang dari sawah karena kemudian Andi memberinya uang.
“Buk,,, ini ada uang dari penjualan cendol tadi siang buk,,,”
“ya Allah Andi,,, dari mana kamu dapat uang?”
“Andi jualan cendol buk,,,”
“sungguh kamu ini anak yang baik,,,” ibunya berkata sambil menangis.
Sejak itu, orang tuanya menjadi bangga kepada Andi. Andi selalu berjualan
cendol sambil menjaga adik-adiknya. sehigga, adiknya sangat menyayanginya.
Setelah dewasa, karena Andi adalah anak yang terampil, karena menurut dia
pendapatan dari penjualan cendol tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga dan
membiayai adiknya untuk sekolah, diapun bekerja di tempat penjual tempe. Dia
bekerja hampir 3 bulan, dan kemudian keluar dan mencoba membuat tempe sendiri
dengan modal seadanya.
Ternyata hasilnya jauh lebih baik dari pada jualan cendol, ketika pagi
dia bekerja di sawah, dan sorenya menjual tempe keliling desa karena tempenya
telah di buatnya malam. Sehinga dia meneruskan usahanya untuk menjual tempe
hingga hampir 1 tahun, Dan untung dari penjualan itu dia tabung dan di berikan
kepada orang tuanya.
“pak,,, ini ada uang dari hasil saya menabung selama ini, gunakanlah untuk
membeli sawah, mungkin masih kurang sedikit dan itu mungkin bapak bisa
menambahnya.
“terima kasih ya andi,,, kamu sangat berjuang demi keluarga ini.”
Sejak itu, kelurga Andi memiliki sawah sendiri dan keadaan keluarganya telah
membaik. Karena Andi telah dewasa, dan adiknya sudah besar dan bisa membantu
orang tuanya, dia meminta izin kepada orang tuanya untuk menikah.
Setelah di izinkan untuk menikah, dia pergi merantau ke Sumatera bersama
istrinya untuk trans. Saat itu, yang mengadakan trans itu adalah saat
kepemimpinan pak Soeharto. Saat pertama trans, keadaannya sangat menyedihkan
karena masih berupa hutan tebangan yang masih banyak kayu besarnya dan
rumah-rumah kecil yang di berikan untuk orang trans. Untung banyak orang yang
pergi trans sehingga tidak terlalu takut.
Karena jauh dari desa lain dan masih baru, mereka hanya mengandalkan menerima
jatah, dan itu terjadi hampir selama setahun. Setelah waktu jatah habis,
mereka mulai mencari sumber makanan sendiri.
Andi bekerja sebagai seorang luku(pembajak sawah) untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Setelah beberapa tahun, dia di minta untuk mengajar di sekolah
karena kurang tenaga pengajar. Setelah lama mengajar, dia menerima kabar
tentang penerimaan pegawai Negeri, dan dia di suruh ikut oleh kepala sekolah
untuk ikut tes tersebut. Diapun menurut dan ikut tes Pegawai Negeri tersebut.
“pak Andi, ikutlah tes PNS tersebut, siapa tahu bapak di terima.”
“tapi pak, sayakan hanya lulus SD, apa mungkin saya boleh ikut tes PNS
tersebut?”
“di coba sajalah pak,,, siapa tahu bapak beruntung.”
“baiklah pak, saya akan mencobanya.”
Sesampainya di rumah dia mengatakannya kepada istrinya dan ternyata istrinya
menyetujuinya sehingga menguatkan semangat Andi untuk ikut tes PNS tersebut.
Dia bolak balik ke Taluk untuk melengkapi persyaratan tersebut. Itu semua
pengorbanannya demi mencapai cita-citanya dan atas semangat yang di berikan
oleh istri dan orang terdekatnya
Setelah di
tunggu agak lama, akirnya hasil tes PNS tersebut keluar dan menerima kabar
bahwa dia di terima sebagai PNS bersamaan dengan lahirnya anaknya yang pertama.
Andi sangat bersyukur atas rahmat yang di berikan Allah kepadanya. Setelah itu,
dia membuat tempat ngaji di rumahnya untuk anak-anak kecil karena melihat
anak-anak kecil yang kegiatannya setiap sore hanya bermain-main sampai lupa
waktu.
Sejak saat itu kehidupannya mulai membaik dan dia jadi di segani oleh
masyarakat dan di senang masyarakat. Bahkan setelah anaknya besar, dia dapat
menguliahkan anknya.
Saya dapat mengambil suatu pelajaran dari cerita ini, bahwasanya dalam kita
hidup kita tidak boleh pernah putus asa dan selalu berjuang untuk mencapai
kehidupan yang di harapkan serta pintar dalam mengatur waktu.
KASUARI
DAN DARA MAHKOTA.
Dahulu
kala burung kasuari tidak seperti yang kita kenal saat ini. Dia memiliki sayap
yang lebar dan kuat sehingga ia bisa mencari makan di atas pohon yang tinggi
tapi juga bisa dengan mudah mencari makan di atas tanah. Kelebihannya ini
membuat Kasuari menjadi burung yang sombong. Dia sering berbuat curang saat
berebut makanan dan tidak peduli jika teman-temannya yang lain kelaparan
gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia gunakan untuk menyembunyikan
buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga burung-burung lainnya tidak bisa
melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-buahan ranum itu ke tanah
sehingga Cuma ia sendiri yang bisa menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah
sendiri kenapa mereka punya sayap yang pendek dan badan yang kecil. Siapa cepat
dia yang dapat.”
Tentu
saja kesombongannya tidak disukai burung-burung lainnya. Mereka menganggap
Kasuari sudah keterlaluan dan keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya
para burung berkumpul untuk membahas masalah ini. Setelah berbagai cara diajukan
akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata
sulit menemukan lawan yang sebanding dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara
Mahkota mengajukan diri untuk bertanding terbang dengan Kasuari. Meskipun
banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota hanyalah burung kecil,
tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.
Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya.
Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya.
“Pertandingannya
akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung
pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”
“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”
“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”
Burung
pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya.
Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata
pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu. Seminggu kemudian, warga
burung berkumpul untuk meyaksikan pertandingan terbang tersebut. Meski tidak
terlalu yakin, mereka semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan
tersebut. Diam-diam Dara Mahkota menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya.
Kasuari yang baru mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?”
katanya sambil tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek
mana bisa menang melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan
tingkah Kasuari sementara Dara Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.
Kini
mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK!
Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota pura-pura menjerit kesakitan. Padahal
sebenarnya bunyi tadi berasal dari ranting kering di bawah sayap Dara Mahkota
yang patah. Kini giliran Dara Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan
sekuat tenaga dia menekuk sayap Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang
keras. Kasuari menjerit kesakitan. Sayap Kasuari yang patah tergantung lemas.
Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan menang.
Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.
Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar